BELAJAR DARI KEGAGALAN NAOMI




                        Bahan : Rut 1:1-6 ; 18-22
                        Tujuan : Agar setelah merenungkan Firman Tuhan ini:
·        Memahami bahwa dalam hidup ini suka dan duka selalu dialami silih berganti
·        Tetap setia kepada Tuhan sekalipun berada dalam kesulitan
·        Mengerti bahwa dalam kegagalan pun Tuhan bisa mengubahnya menjadi kebaikan

PENDAHULUAN

B
eban berat dapat menjadikan seseorang dapat berkeluh kesah. Demikian juga dengan Naomi. Begitu berat beban hidup yang dialami, sehingga dia minta dipanggil Mara. “Mara” artinya “pahit”, padahal namanya sendiri yaitu “Naomi” adalah “menyenangkan.” Kegagalan demi kegagalan yang menimpa rumah tangganya ketika tinggal di Moab, menjadikan hidupnya terasa pahit. Jikalau tidak ada solusi, orang yang mengalami kepahitan akan semakin merasa sia-sia hidupnya. Sukacita lenyap, gairah dan semangat hidup bisa sirna. Apabila demikian yang terjadi, maka rasa menderita yang hebat akan dialami.

ISI RENUNGAN

Mengapa Naomi dapat mengalami kondisi yang demikian berat dalam kehidupanya?

1.Melarikan diri dari problem/masalah (Ayat 1)

Keluarga Elimelekh dan Naomi menghadapi masalah serius dalam kehidupanya. Mereka menghadapi saat paceklik dan kelaparan yang terjadi di kotanya Betlehem. Kelaparan berbicara tentang problem atau masalah. Memang benar, tidak ada orang yang kebal mengalami problem atau masalah. Persoalan yang serius adalah : “bagaimana sikap dan keputusan saat berhadapan dengan masalah.” Keputusan Elimelekh dan Naomi adalah segera meninggalkan Betlehem menuju Moab. Bersama Mahlon dan Kilyon anak-anaknya mereka melarikan diri dari problem yang dihadapi. Padahal, acapkali Tuhan mengizinkan problem atau masalah terjadi untuk membentuk kehidupan orang percaya makin berkenan. Tuhan bisa bekerja melalui keadaan yang tidak baik untuk maksudNya yang baik. Tuhan mau agar kita menghadapi masalah bersamaNya, bukanya meninggalkan apalagi melarikan diri dari Tuhan.

2.Meninggalkan Betlehem (Ayat 1)

Arti Betlehem adalah “rumah roti”. Pengertian rohani dari Betlehem adalah persekutuan dengan Allah melalui Tuhan Yesus yang adalah roti kehidupan. Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup, barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi.”(Yohanes 6:35). Sayang sekali Elimelekh dan Naomi tidak bertahan dan berseru-seru kepada Tuhan di Betlehem. Ia meninggalkan Betlehem dengan pikiran agar bebas dari kelaparan yang membuatnya sengsara. Jadi seharusnya kita tetap melekatkan diri dan terus menerus ada dalam persekutuan yang erat dengan Tuhan Yesus Kristus. Bukan hanya waktu segala sesuatu berjalan lancar tetapi juga kalau masalah dan problema muncul, tetaplah bersekutu. Tidak sampai Tuhan membiarkan anak-anakNya tergeletak terus menerus, tetapi akan segera ditopangNya.

3.Menetap di Moab (Ayat 1-2)

Nama Moab diambil dari seorang anak akibat hubungan Lot dengan anaknya sendiri (Kejadian 19:33-38). Nama anak tersebut adalah Moab, kemudian berkembang menjadi bangsa Moab. Dengan demikian arti rohani “pergi ke Moab” menunjukkan persekutuan dengan dunia ini dalam kedangingan/hawa nafsu. Jikalau seorang meninggalkan persekutuan dengan Yesus Kristus roti hidup, itu lalu mulai bersekutu dengan dosa dunia, maka akan mengalami kegagalan demi kegagalan, kemerosotan rohani terjadi, penderitaan dialami. Akibat yang dialami Naomi adalah ditinggal mati oleh suaminya yaitu Elimelekh, lalu kedua anaknya Mahlon dan kilyon. Naomi tidak cepat sadar, ketika suaminya meninggal dunia. Dia tidak segera pulang ke Betlehem. Akibatnya, anak-anaknya bergaul dan kawin dengan perempuan Moab. Dalam Ulangan 23:3 dikatakan orang Moab dilarang masuk dalam jemaat Tuhan! Apalagi mengambil istri orang Moab. Tanggung jawab orang tua Kristen adalah mendidik anak-anaknya, agar memahami firman Tuhan dengan baik, agar tidak berpasangan/kawin dengan orang yang tidak seiman (2 Korintus 6:14).

KESIMPULAN

Hidup ini tidak di jamin akan berjalan mulus dan lancar tanpa rintangan dan kesulitan. Hidup tidak selamanya akan sukses dan mudah, terkadang perlu perjuangan menghadapi kesesakan. Bahkan bisa mengalami kegagalan. Namun jangan sampai semua yang terjadi menjadikan kita lupa Tuhan. Jangan pernah meninggalkan persekutuan dengan Tuhan. Jikalau ada yang tak berkenan, akui dosa dan mohon pengampunan Tuhan, karena Tuhan dapat membentuk karakter dan iman lewat kesulitan.

PEKERJAAN YANG BERHASIL







                        Bahan : Ulangan28:1-6 ; 2 Tawarikh 31:20-21
                        Tujuan : Agar setelah merenungkan Firman Tuhan ini
·         Memahami rahasia keberhasilan dalam pekerjaan sesuai dengan Alkitab
·         Belajar menanggalkan cara lama yang salah dan menggantinya dengan prinsip kerja Alkitabiah.
·         Menerapkan prinsip Alkitab dalam pekerjaan.

PENDAHULUAN

K
etika Charles Dickens diminta untuk mengungkapkan rahasia keberhasilan hidupnya, ia berkata, “Apa saja telah kucoba untuk melakukannya didalam hidupku. Aku telah mencobanya sepenuh hatiku dan melakukannya dengan sebaik mungkin. Bila aku telah mencurahkan diriku untuk apa saja, maka aku mencurahkan diriku sepenuhnya.”
Sementara Henry Ford memberikan saran untuk keberhasilan: “Sebelum melakukan segala sesuatu yang lain, persiapan yang baik merupakan rahasia keberhasilan.”

ISI RENUNGAN

Semua orang ingin berhasil dalam melakukan pekerjaanya, tak seorangpun ingin gagal. Tetapi, tentu saja, kriteria berhasil bagi bagi satu orang berbeda bagi orang lain. Ada yang menilai keberhasilan dengan kekayaan, ada yang dengan kedudukan dan jabatan, ada juga yang merasa berhasil jika sudah mencapai target tertentu. Bagaimana kriteria berhasil bagi seorang anak Tuhan? Bagaimana cara kita mencapai keberhasilan itu? Alkitab menunjukkan pada kita beberapa point penting yang akan membawa kita menuju keberhasilan, tentu saja keberhasilan yang sesuai dengan kehendaknNya.

1.Mengutamakan Tuhan

Mengutamakan Tuhan di atas segala sesuatu adalah kunci utama keberhasilan. Jika kita berusaha melakukan suatu pekerjaan, yang pertama-tama harus kita lakukan adalah mencari kehendak Tuhan atas pekerjaan yang kita lakukan tersebut. Apa rencana kita sudah sesuai rencananNya? Apa rencana Tuhan seutuhnya atas usaha kita? Apakah usaha yang kita lakukan memuliakan namaNya? Apabila kita sudah berjalan di dalam kehendakNya, percayalah Tuhan pasti akan membuka jalan bagi kita. Pepatah mengatakan, “awal yang baik adalah setengah keberhasilan.” Mengutamakan kehendakNya merupakan awal yang baik, bahkan sangat baik. Dan ini sudah membawa kita lebih daripada setengah dari keberhasilan.
Yesus berkata, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semua itu akan ditambahkan kepadamu.”(Matius 6:33). Selama kita mengutamakan Tuhan dalam hidup kita, Tuha akan menambahkan apa yang kita perlu. Apa yang tak mampu kita lakukan akan Dia lakukan bagi kita, apa yang tak mampu kita sediakan, Dia sediakan bagi kita. Jika kita baca 2 Tawarikh 31:21 Hizkia mencari Allah saat melakukan segala sesuatu, dan Tuhan membuat segala usahanya berhasil.

2.Bersandar pada Tuhan

Dalam melakukan usaha apapun, kita tak akan lepas dari tantangan dan kesulitan. Mungkin kita kesulitan membuka pasar baru bagi dagangan kita. Mungkin kita kesulitan memenuhi target yang ditetapkan atasan kita. Mungkin penghasilan kita terasa tidak cukup untuk memenuhi standar hidup keluarga kita. Semakin ketatnya persaingan dalam dunia kerja juga membuat tingkat stress semakin tinggi, banyak orang membawa beban yang tak terselesaikan di kantor pulang kerumah, dan memicu pertengkaran dalam keluarga. Sementara itu, para pengusaha terus berupaya menawarkan berbagai”kemudahan” kredit, yang semakin memacu keinginan kita untuk meraup lebih banyak. Akibatnya, kita makin merasa di tuntut supaya dapat memenuhi semua “kebutuhan” itu. Jalan keluar satu-satunya adalah bersandar pada Allah, yang menyediakan segala keperluan kita. Saat tuntutan hidup terasa semakin mencengkram kita sehingga kita tidak mampu mengatasinya, ingatlah bahwa”Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.”(Amsal 10:22). “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah-sebab Ia memberikannya kepada yang dicintaiNya pada waktu tidur.”(Mazmur 127:2). Sungguh, “Tuhan tidak membiarkan orang benar menderita kelaparan.”(Amsal 10:3a), Dia tahu keperluan kita, dan Dia memenuhinya. Selama kita bersandar pada Tuhan, dan bukan pada keinginan terhadap apa yang ditawarkan dunia. Kita akan selalu aman dalam pemeliharaanNya.

3.Berpegang pada kebenaran

Kembali melihat pada Hizkia, 2 Tawarikh 31:20 menyatakan bahwa Hizkia melakukan apa yang baik, apa yang jujur, apa yang benar dihadapan Tuhan. Intinya, dalam melakukan apapun Hizkia berpegang pada kebenaran. Banar dihadapan Tuhan, bukan dihadapan manusia. Manusia bisa saja menuntut kita melakukan sesuatu yang menurut dia benar, tetapi sebenarnya salah di hadapan Tuhan. menerima suap sudah merupakan sesuatu yang lumrah, namun itu tetap salah di hadapan Tuhan. Berbuat curang merupakan sesuatu yang biasa dilakukan, namun itu salah di hadapan Tuhan. Kebenaran di mata manusia bisa di selewengkan, namun kebenaran di mata Tuhan adalah tetap kebenaran yang sejati, tak ada kompromi. Saat kita tergoda untuk”sedikit” membelokkan kebenaran, ingatlah bahwa”harta benda yang diperoleh dengan kefasikan tidak berguna.”(Amsal 10:2a), sedangkan “berkat orang jujur memperkembangkan kota.”(Amsal 11:11a). Jika kita tetap berbegang pada kebenaran di mata Tuhan, kita pasti berhasil, meskipun manusia mungkin menilai kita bodoh dan gagal.

KESIMPULAN

Harus kita akui bahwa dewasa ini tidak mudah mempertahankan, apalagi memperkembangkan suatu usaha. Baik kita membuka usaha sendiri, atau bekerja pada orang lain, masing-masing pekerjaan penuh dengan tantangan dan kesulitan. Kadang-kadang kitapun bimbang, apakah saya harus melakukan pekerjaan ini, atau bekerja dikantor itu? Apakah pekerjaan yang saya lakukan dapat mencukupi kebutuhan hidup saya dan keluarga? Dalam masa-masa seperti ini, justru kita harus lebih mengutamakan Tuhan dan bersandar padaNya. Rasul Paulus sudah mengatakan pada Timotius, bahwa pada hari-hari terakhir manusia akan mencintai diri sendiri dan menjadi hamba uang, mereka akan membual, menyombongkan diri, memfitnah, berontak terhadap orang tua, tidak tahu berterimakasih, dan masih banyak lagi hal-hal buruk yang terjadi, puncaknya adalah lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah! Peringatan ini harus membuat kita semakin waspada, agar kita tidak terjerumus ke dalam dosa akhir zaman ini. Meskipun tantangan dalam usaha semakin berat, mari kita justru semakin berpaut erat kepada Allah dan kebenaranNya, Dia yang sudah dan akan selalu memelihara kita, pasti akan membuat usaha kita berhasil.




                      

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...