DIBERKATI MELAMPAUI UKURAN




                        Bahan : Kejadian 12:1-7
                        Tujuan : Agar setelah merenungkan Firman Tuhan ini:
·       Janji Tuhan terjadi saat memiliki ketatan dan menempatkan Tuhan sebagai yang utama dalam hidup kita.
·       Abraham membangun mezbah bagi Tuhan
·       Kita membangun mezbah keluarga untuk memuliakan dan menyembah  dan berdoa kepada Tuhan
·       Hubungan kita dengan Tuhan semakin melekat

PENDAHULUAN
           
T
uhan memanggil Abraham dari Ur-Kasdim ke Haram menuju ke Kanaan. Allah berjanji kepada Abraham akan membuat suatu bangsa yang besar. Tidak hanya Bangsa Israel yang diberkati, tapi juga bangsa-bangsa lain melalui Abraham. Yesus Kristus telah dlahirkan untuk menyelamatkan  umat manusia. Kita perlu menempatkan pemahaman tentang berkat itu ke dalam konteks yang benar. Melalui kisah Alkitab dalam Kejadian 12:1-3 kita dapat belajar tentang apa maksud Tuhan dengan berkat-Nya dalam kehidupan orang Kristen.

1.Janji Tuhan terjadi saat Abraham  taat pada Tuhan

Tuhan berjanji untuk memberkati Abraham menjadi bangsa yang besar. Abraham menaati: meninggalkan rumahnya, tentang berkat-berkat yang lebih besar yang akan datang. Jangan biarkan kenikmatan jasmani membuat anda kehilangan rencana Tuhan.
Kejadian 12:1-3 ini mengisahkan tentang panggilan Tuhan kepada Abraham untuk meninggalkan apa yang dikasihinya. Abraham dipanggil Tuhan untuk meninggalkan negerinya, sanak saudaranya, dan rumahnya menuju ke tempat yang belum jelas yang akan ditunjukkan selagi dia taat untuk pergi. Ini tentunya merupakan pergumulan yang berat bagi Abraham. Perintah Tuhan kepada Abraham jelas bahwa dia harus pergi meninggalkan negeri, sanak saudara, dan rumahnya. Ini menunjukkan betapa Abraham sangat bergumul untuk mentaati perintah Tuhan. Pada akhirnya Abraham mentaati panggilan Tuhan tersebut. Ketika Tuhan mengulangi panggilanNya kepada Abram, Dia juga menyatakan janji berkatNya. Ketika seseorang percaya kepada Kristus, Alkitab mengatakan bahwa itu bukan karena pilihannya melainkan karena Tuhanlah yang telah memilih, menentukan, menebus, dan memeteraikan kita (Efesus 1:4-14). Orang Kristen telah dipanggil Tuhan ke dalam dunia ini untuk melayani dan memuliakan Dia sesuai dengan talenta dan karunia yang telah diberikanNya kepadanya. Panggilan Tuhan menuntut ketaatan dari yang dipanggilNya. Sama seperti kepada Abraham, Tuhan menuntut ketaatan dari kita. Ketaatan yang didalamnya ada kerelaan dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Marilah kita tingkatkan ketaatan kita kepada Tuhan.


2.Tuhan telah merencanakan suatu bangsa yang menjadi umatNya sendiri

“Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot anak sudaranya, dan segala harta benda yang di dapat mereka dan orang-orang yang di peroleh mereka di Haran ; mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ.”(Kejadian 12:5)
Allah telah memanggil Abraham dari tempat Ur kedaerah yang  subur yaitu Kanaan. Suatu tempat yang berTuhan dan bermoral. Tanah Kanaan paling banyak di bicarakan dalam sejarah Israel dan kebangkitan ke Kristenan. Kanaan kecil ini diberikan kepada Abraham yang telah memiliki pengaruh yang besar pada sejarah dunia.

3.Abraham telah membangun suatu mesbah Tuhan

Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: “ Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.” Maka didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya. Kemudian ia pindah dari situ kepegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai disebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN. Sesudah itu Abram berangkat dan makin jauh ia berjalan ke Tanah Negeb (Kejadian 12:7-9)
Mezbah memberikan simbol kekudusan dengan Tuhan. Mezbah dalam bentuk bangunan batu yang kasar mengingatkan pada suatu tempat bertahun-tahun akan peringatan perlindungan dan janji-janji Tuhan.

4.Abraham secara teratur telah membangun mezbah bagi Tuhan dengan alasan

Untuk berdoa dan menyembah Tuhan dan sebagai peringatan-peringatan akan janji Tuhan untuk memberkatinya.
Ada pelajaran menarik harus yang kita perhatikan dari kehidupan Abraham, apa saja yang dia lakukan atau yang diperbuatnya  sehingga begitu dikasihi oleh Allah dan beroleh berkat-berkatNya yang melimpah yang melampaui ukuran. Ternyata Abraham adalah orang yang TAAT, bagaimana tidak tidak tahu tempat yang dituju pasti kebanyakan orang pasti menolak, lain halnya dengan Abraham, ia menurut saja, "...ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, LALU IA BERANGKAT dengan tidak mengetahui tempat yang ia tuju." (Ibrani 11:8). Tercatat juga di Alkitab bahwa di mana pun berada Abraham senantiasa membangun mezbah bagi Tuhan. Mezbah di sini berbicara tentang ibahdah dan di atas mezbah selalu ada korban.
Beberapa mezbah yang dibangun Abraham adalah dekat Sikhem (Kejadian 12:4-7). Kata Sikhem berarti bahu. Artinya ia mempercayakan segenap hidupnya di atas bahu Tuhan, bergantung penuh kepada tuntunanNya, tidak lagi mengandalkan kepintaran, kejeniusan, kepintaran dan kekuatan sendiri. Amsal mengingatkan, "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri." Jangan bersandar pada pengertianmu sendiri juga berbicara membangun mezbah keluarga. Mezbah keluarga sangat penting artinya untuk membangun keluarga utuh selalu berkomunikasi kepada TUHAN di setiap waktu. Di rumah ada waktu khusus untuk menyembah, memuliakan TUHAN : suatu missal sang ayah bawa renungan, sang ibu memimpin pujian, sedangkan anak-anak memainkan musik, begitu juga sebaliknya...wow alangkah indahnya bila bisa demikian. (Amsal 3:5). Bila kita 'mengangkat tangan' berserah kepada Tuhan, Dia akan 'turun tangan' menolong kita. Abraham juga mendirikan mezbah dekat Betel.
"Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN." (Kejadian 12:8). Betel berbicara tentang kediaman Tuhan, tempat ia bertahta. Ini menunjukkan Abraham sangat menghormati Tuhan.
Berkat senantiasa tersedia bagi umat yang menghormati dan menempatkan Tuhan sebagai yang utama dalam hidupnya.
Ini terjadi pada Obed Edom. Ketika ia menerima Tabut Allah di rumahnya, Tuhan memulihkan dan memberkati keluarganya secara luar biasa dalam waktu tiga bulan saja (2 Samuel 6:11-12).

KESIMPULAN

Abraham dapat memberikan teladan imanya, karena Abraham taat pada perintah Tuhan dan percaya bahwa Allah pasti menepati janjiNYa. Penyembahan Abraham dan doa untuk mengingat bahwa Tuhan berkehendak memberikan semangat untuk menaatiNya.

ANAK-ANAK ALAH MENCERMINKAN ALLAH BAPA




                        Bahan : Yesaya 64:8 ; Yohanes 1:12 ; Roma 8:14-17
                        Tujuan : Agar setelah merenungkan Firman Tuhan ini:
·       Memahami keberadaannya sebagai anak-anak Allah karena karya penebusan Yesus Kristus.
·       Rindu memiliki karakter sebagai anak-anak Allah.
·       Menyatakan sifat-sifat Allah dalam hidup ini kepada lingkungan di sekitarnya.

PENDAHULUAN

P
engertian tentang Allah sebagai Bapa tidak hanya terdapat dalam Perjanjian Baru (PB). Dalam Perjanjian Lama (PL) pun konsep Allah sebagai Bapa juga dipaparkan kepada kita (Keluaran 4:22) ; Yesaya 64:8 ; Maleaki 2:10; dll). Pada mulanya sebutan Allah sebagai Bapa mengacu pada hubungan antara Allah dengan Israel sebagai umat kesayanganNya (Keluaran 4:22), dan hubungan tersebut berkenaan dengan karya penyelamatan Allah bagi umatNya. Konsep ini terus berkembang dalam PB dalam kaitanya dengan karya penyelamatan Allah bagi orang-orang percaya (Yohanes 1:12 ; Roma 8:17). Dalam kaitan hubungan antara Bapa dengan anak (baik dalam konsep PL, maupun PB) Allah menghendaki anak-anakNya mencerminkan kesucian Allah, juga mempunyai karakter seperti Dia.

ISI RENUNGAN

Sifat dan karakter orang tua biasanya diturunkan pada anak-anaknya. Sebagai anak-anak Allah sudah sepatutnyalah kita mencerminkan sifat dan karakter Bapa Sorgawi. Dibawah ini ada beberapa sifat yang Allah Bapa inginkan ada dalam kehidupan anak-anakNya.

1.Kudus (1 Petrus 1:15-16)

Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.(1 Petrus 1:15-16)
Manusia mengikuti teladan Allah, sehingga dapat membedakan dengan orang yang tidak mengenal Allah, sehingga menjadi anak Allah.
Mungkinkah manusia dapat hidup kudus seperti Allah? Bukankah manusia telah jatuh ke dalam dosa? Benar! Manusia memang telah jatuh ke dalam dosa, tetapi Yesus Kristus telah menebus dosa-dosa kita dengan darahNya yang kudus dan mulia (1 Petrus 1:18-19). Penebusan oleh Kristus membawa kita kepada pengudusan diri. Kata “kudus” “berarti memisahkan diri dari dosa” atau “tidak berkompromi lagi dengan dosa”. Apakah kita tidak bisa berbuat dosa? Bisa! Tetapi kita tidak akan tinggal di dalam kuasa dosa itu, sebaliknya kita diperbaharui terus menerus sampai menjadi serupa dengan Kristus.

2.Mengasihi (1 Yohanes 3:1,10 ; 4:-11)

Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. (1 Yohanes 3:1)
Kita melihat bahwa Allah itu mengasihi umatNya, bahkan manusia berdosa sekalipun. Dalam Alkitab berulang kali dijelaskan bagaimana kasih Allah dinyatakan, dan kasih Allah yang terbesar  dinyatakan melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib (Yohanes 3:16). Kasih sangat dibutuhkan oleh manusia. Biarlah kita sebagai anak-anak Allah menyatakan kasih ilahi kepada sesama kita. Manusia di akhir zaman mengalami krisis kasih (Matius 24:12). Karena itu biarlah kasih dari Allah kita salurkan dan pantulkan kepada sesama kita. Pengharapan kita akan kemuliaan masa depan. Bahwa kita adalah ahli waris Allah dan menjadi waris bersama Kristus (Roma 8:16-17 ; Galatia 4:7)

3.Mengampuni (Matius 6:12 ; 14-15)

Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu. (Matius 6:12,14,15)
Manusia rasanya sangat sulit mengampuni sebab manusia adalah diperbudak oleh dosa. Terkadang bisa mengampuni akan tetapi ternyata sulit. Memang sungguh daging ini lemah. “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.”(Matius 26:41). Percakapan Petrus kepada Tuhan Yesus : “Tuhan sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Akan tetapi Tuhan Yesus berkata kepada Petrus: “Bukan! Aku berkata kepadamu: “Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”(Matius 18:22). Memang mustahil bagi manusia. Manusia memang sulit untuk mengampuni, Contonya bisa membaca ceritera di Alkitab mengenai Absalom dan Amnon, sehingga terjadilah pembunuhan. ( 2 Samuel 13). Kita semua belajar mengampuni. Belajar mengampuni 70x7 itu berarti tulus tidak ada embel-embelnya dalam artian tanpa syarat, sehingga berkat Allah tercurah atas hidup kita selama-lamanya.
Tanpa pengampunan kita pasti dibinasakan oleh Allah, karena kita berulang kali hidup dalam dosa. Kasih Bapa diwujudkan dengan cara mengampuni segala pelanggaran kita. Kita harus belajar mengampuni orang yang bersalah kepada kita, seperti Bapa telah mengampuni kesalahan dan pelanggaran kita. Pengampunan dapat kita berikan kepada seseorang apabila di dalam diri kita ada kasih Bapa Sorgawi.

KESIMPULAN

Kita yakin bahwa kita tidak akan bisa menjadi sepurna  100 % seperti Allah, karena kita adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dan kekurangan. Namun Allah menghendaki agar gambar Allah karena dosa itu diperbaharui kembali sampai akhirnya manusia menjadi gambar Allah yang sempurna (2 Korintus 3:18). “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Matius 5:48).

DIBENARKAN UNTUK MENGHASILKAN BUAH




                        Bahan : Roma 8:30 ; 2 Tesalonika 2:13
                        Tujuan : Agar setelah merenungkan Firman Tuhan ini :
·       Memahami makna karya pembenaran Allah di dalam Yesus Kristus
·       Memahami berbagai buah yang harus dihasilkan dari kehidupan yang telah dibenarkan Allah.
·       Rindu menghasilkan buah yang tinggal tetap

PENDAHULUAN

S
ebuah proses yang akan membawa kita untuk semakin lebih baik lagi dari hari ke hari agar semakin menunjukkan bahwa Tuhan menyatakan kita mampu mengalami perubahan berkelanjutan. “ Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”(2 Korintus 5:17). Firman Tuhan sangat jelas menyatakan bahwa di dalam Kristus kita bukan lagi manusia lama. Ini adalah anugerah untuk mengalami perubahan dari manusia lama menjadi manusia baru, karena mau menerima Kristus dengan sungguh-sungguh dalam kehidupan kita, sehingga mengalami perubahan yang menyeluruh. Ada banyak contoh di dalam Alkitab yang mengalami perubahan diri, seperti Petrus atau yang paling jelas adalah lewat Paulus. Paulus dahulu dikenal sebagai orang yang sangat kejam, membuat terror dimana-mana, pembantai orang percaya. Dia tidak segan-segan menyiksa atau membunuh orang yang tidak sejalan dengannya. Kita bisa melihat catatan kekejaman Paulus yang waktu itu masih bernama Saulus dalam Kisah Para Rasul 8. Tetapi perhatikan pasal selanjutnya. Melalui perjumpaan dengan Yesus, Paulus pun mengalami perubahan diri. Ia berubah menjadi ciptaan yang benar-benar baru. Selanjutnya kita pun mengenal Paulus sebagai sosok yang sangat berani dalam menjalankan panggilannya. Ia pergi mewartakan Injil kemanapun bahkan hingga ke Asia kecil. Dia tidak mempedulikan resiko atau bahaya yang mengancam nyawanya. Dan lihatlah bagaimana Paulus mewarnai Perjanjian Baru lewat surat-suratnya. Bukankah itu sebuah bukti perubahan yang sangat nyata, yang jelas-jelas terjadi hanya dalam waktu singkat? Secara manusiawi itu tidak mungkin, tetapi bagi Tuhan segalanya bisa terjadi. Jika Tuhan menjanjikan sebuah perubahan kepada kita, bukan lagi ciptaan lama melainkan ciptaan baru, itu telah Dia berikan di dalam Kristus. Artinya, kemampuan untuk berubah .Tuhan sendiri sudah menganugerahkan itu kepada kita lewat AnakNya.
Mungkin tidak ada hal yang lain yang kulakukan hari ini yang memiliki pengaruh seperti itu!”. Hidup yang berubah menjadi berkat bagi orang lain. Itu dimulai dari hidup yang dibenarkan Allah. Bagaimana mungkin kehidupan dosa menjadi berkat bagi orang lain? Pembenaran harus diikuti oleh hidup yang berbuah.

ISI RENUNGAN

“Membenarkan” adalah istilah hukum, artinya “membebaskan dari tuntutan, menyatakan benar atau tidak bersalah.” Lawan katanya adalah “menghukum, menyatakan salah” (Ulangan 25:1 ; Amsal 17:15 ; Roma 8:33). Membenarkan seseorang adalah hak hakim. Dari sudut pengadu atau penggugat, “dibenarkan” berarti gugatan penggugat ternyata benar.” Dalam Perjanjian Baru (khususnya tulisan Rasul Paulus), “pembenaran” berarti “tindakan Allah untuk menghapus dosa orang bersalah, dan memperhitungkan dia benar . Ini tindakan bebas  dari pihakNya oleh kasih karuniaNya melalui iman dalam Yesus Kristus, bukan berdasarkan kebajikan orang itu.”(Roma 8:33). Pembenaran dari Allah ini harus ditindaklanjuti dengan hidup berbuah. Allah tidak menghendaki kita bersikap statis, diam, atau berhenti setelah menerima karya pembenaran dariNya, tetapi harus bergerak secara dinamis dan menghasilkan buah (1 Petrus 2:9). Dalam renungan ini kita melihat beberapa buah yang seharusnya dihasilkan oleh setiap orang percaya setelah mengalami karya pembenaran Allah.

1.Buah Pertobatan (Matius 3:8)

Mengapa kita perlu memiliki buah pertobatan? Bukankah pertobatan itu saja sudah cukup? Mengapa harus ditambah dengan buah pertobatan? Apa bedanya? Pertobatan adalah perubahan sikap di dalam. Sedangkan buah pertobatan adalah suatu pernyataan, kelakuan di luar. Dengan kata lain, buah pertobatan adalah bukti pertobatan. Kalau ada orang berkata bahwa ia sudah bertobat, ia harus membuktikan bahwa dirinya betul-betul bertobat. Dan buah pertobatan adalah kehidupan lama yang telah berlalu, dan manusia baru yang terbit.

2.Buah Roh Kudus (Galatia 5:22-23)

Dalam bahasa Yunani, kata “buah” tidak dalam bentuk jamak, melainkan tunggal. Sebab itu hanya ada satu buah Roh Kudus, tetapi mempunyai Sembilan aspek. Buah Roh ini tidak sama dengan buah keturunan, dimana seseorang mempunyai sifat (seperti 9 aspek buah Roh) yang diwarisi dari kedua orang tuanya. Buah Roh adalah karya Roh Kudus, yakni ketika seseorang mau berjalan dalam pimpinan Roh Kudus, sehingga karakternya diperbaharui melalui kuasa Roh Kudus.

3.Buah Kekudusan (Roma 6:22)

Sebelum kita mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, kita dibelenggu oleh iblis. Akibatnya kita tidak mau taat terhadap perintah Allah. Tetapi sejak kita menerima Kristus dan bertobat, maka kita bukan hamba dosa lagi, melainkan menjadi hamba kebenaran atau hamba Tuhan. Bagaimana kita bisa mempunyai buah kekudusan? Dengan menyerahkan segenap anggota tubuh ini menjadi hamba kebenaran yang membawa kita kepada Pengudusan (Roma 6:19). Setelah kita menyerah, baru Tuhan memakai segenap anggota tubuh kita untuk mengerjakan kekudusan bagi kemuliaanNya.

4.Buah Kebenaran (2 Korintus 9:9-10)

Yang dimaksud “buah kebenaran” disini adalah buah yang terbit dari orang yang hatinya telah dibenarkan, yaitu menolong orang yang membutuhkan. Di sekitar kita ada orang-orang miskin. Bagi yang memberi pertolongan orang miskin. Tuhan berjanji untuk memberkatinya kembali. Amsal 11:24-25 menyatakan demikian, “Ada orang yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.” Dalam Lukas 6:36, Tuhan Yesus juga mengajarkan, “Berilah dan kamu akan diberi sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan di ukukan kepadamu.” Jika kita belajar memberi, baik bagi orang miskin maupun pekerjaan Tuhan, Allah pasti memperkaya hidup rohaninya.

5.Buah Injil (Roma 1:13)

Rasul Paulus berkata bahwa ia mau pergi ke Roma untuk memberitakan Injil dan mengharapkan Injil itu berbuah. Semua orang percaya adalah buah Injil, dan semua orang percaya dituntut untuk mengeluarkan buah Inji kembali. Setelah kita ditebus oleh darah Kristus, Ia memerintahkan kita untuk memberitakan Kabar Kesukaan bagi dunia, sehingga banyak jiwa yang dimenangkan dan melihat terang itu bercahaya dalam hidup mereka (1 Petrus 2:9). Beritakan Injil supaya mereka percaya dan diselamatkan (Markus 16:15-16).

KESIMPULAN

Ciri-ciri umat pilihan Tuhan dan menjadi Imamat yang rajani adalah memiliki buah pertobatan, buah Roh Kudus, buah kekudusan, buah kebenaran, dan buah Injil. Dengan demikian Gereja mampu menjadi saksi yang hidup melalui pembaharuan batin dan tindakan nyata yang dapat dilihat oleh sesamanya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...