ANAK-ANAK ALAH MENCERMINKAN ALLAH BAPA




                        Bahan : Yesaya 64:8 ; Yohanes 1:12 ; Roma 8:14-17
                        Tujuan : Agar setelah merenungkan Firman Tuhan ini:
·       Memahami keberadaannya sebagai anak-anak Allah karena karya penebusan Yesus Kristus.
·       Rindu memiliki karakter sebagai anak-anak Allah.
·       Menyatakan sifat-sifat Allah dalam hidup ini kepada lingkungan di sekitarnya.

PENDAHULUAN

P
engertian tentang Allah sebagai Bapa tidak hanya terdapat dalam Perjanjian Baru (PB). Dalam Perjanjian Lama (PL) pun konsep Allah sebagai Bapa juga dipaparkan kepada kita (Keluaran 4:22) ; Yesaya 64:8 ; Maleaki 2:10; dll). Pada mulanya sebutan Allah sebagai Bapa mengacu pada hubungan antara Allah dengan Israel sebagai umat kesayanganNya (Keluaran 4:22), dan hubungan tersebut berkenaan dengan karya penyelamatan Allah bagi umatNya. Konsep ini terus berkembang dalam PB dalam kaitanya dengan karya penyelamatan Allah bagi orang-orang percaya (Yohanes 1:12 ; Roma 8:17). Dalam kaitan hubungan antara Bapa dengan anak (baik dalam konsep PL, maupun PB) Allah menghendaki anak-anakNya mencerminkan kesucian Allah, juga mempunyai karakter seperti Dia.

ISI RENUNGAN

Sifat dan karakter orang tua biasanya diturunkan pada anak-anaknya. Sebagai anak-anak Allah sudah sepatutnyalah kita mencerminkan sifat dan karakter Bapa Sorgawi. Dibawah ini ada beberapa sifat yang Allah Bapa inginkan ada dalam kehidupan anak-anakNya.

1.Kudus (1 Petrus 1:15-16)

Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.(1 Petrus 1:15-16)
Manusia mengikuti teladan Allah, sehingga dapat membedakan dengan orang yang tidak mengenal Allah, sehingga menjadi anak Allah.
Mungkinkah manusia dapat hidup kudus seperti Allah? Bukankah manusia telah jatuh ke dalam dosa? Benar! Manusia memang telah jatuh ke dalam dosa, tetapi Yesus Kristus telah menebus dosa-dosa kita dengan darahNya yang kudus dan mulia (1 Petrus 1:18-19). Penebusan oleh Kristus membawa kita kepada pengudusan diri. Kata “kudus” “berarti memisahkan diri dari dosa” atau “tidak berkompromi lagi dengan dosa”. Apakah kita tidak bisa berbuat dosa? Bisa! Tetapi kita tidak akan tinggal di dalam kuasa dosa itu, sebaliknya kita diperbaharui terus menerus sampai menjadi serupa dengan Kristus.

2.Mengasihi (1 Yohanes 3:1,10 ; 4:-11)

Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. (1 Yohanes 3:1)
Kita melihat bahwa Allah itu mengasihi umatNya, bahkan manusia berdosa sekalipun. Dalam Alkitab berulang kali dijelaskan bagaimana kasih Allah dinyatakan, dan kasih Allah yang terbesar  dinyatakan melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib (Yohanes 3:16). Kasih sangat dibutuhkan oleh manusia. Biarlah kita sebagai anak-anak Allah menyatakan kasih ilahi kepada sesama kita. Manusia di akhir zaman mengalami krisis kasih (Matius 24:12). Karena itu biarlah kasih dari Allah kita salurkan dan pantulkan kepada sesama kita. Pengharapan kita akan kemuliaan masa depan. Bahwa kita adalah ahli waris Allah dan menjadi waris bersama Kristus (Roma 8:16-17 ; Galatia 4:7)

3.Mengampuni (Matius 6:12 ; 14-15)

Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu. (Matius 6:12,14,15)
Manusia rasanya sangat sulit mengampuni sebab manusia adalah diperbudak oleh dosa. Terkadang bisa mengampuni akan tetapi ternyata sulit. Memang sungguh daging ini lemah. “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.”(Matius 26:41). Percakapan Petrus kepada Tuhan Yesus : “Tuhan sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Akan tetapi Tuhan Yesus berkata kepada Petrus: “Bukan! Aku berkata kepadamu: “Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”(Matius 18:22). Memang mustahil bagi manusia. Manusia memang sulit untuk mengampuni, Contonya bisa membaca ceritera di Alkitab mengenai Absalom dan Amnon, sehingga terjadilah pembunuhan. ( 2 Samuel 13). Kita semua belajar mengampuni. Belajar mengampuni 70x7 itu berarti tulus tidak ada embel-embelnya dalam artian tanpa syarat, sehingga berkat Allah tercurah atas hidup kita selama-lamanya.
Tanpa pengampunan kita pasti dibinasakan oleh Allah, karena kita berulang kali hidup dalam dosa. Kasih Bapa diwujudkan dengan cara mengampuni segala pelanggaran kita. Kita harus belajar mengampuni orang yang bersalah kepada kita, seperti Bapa telah mengampuni kesalahan dan pelanggaran kita. Pengampunan dapat kita berikan kepada seseorang apabila di dalam diri kita ada kasih Bapa Sorgawi.

KESIMPULAN

Kita yakin bahwa kita tidak akan bisa menjadi sepurna  100 % seperti Allah, karena kita adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dan kekurangan. Namun Allah menghendaki agar gambar Allah karena dosa itu diperbaharui kembali sampai akhirnya manusia menjadi gambar Allah yang sempurna (2 Korintus 3:18). “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Matius 5:48).

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...