IMAM BESAR AGUNG


Bahan : Ibrani 4:14-16
Tujuan            : Agar setelah merenungkan Firman Tuhan ini:
·         Memahami peran Yesus Kristus sebagai Imam Besar.
·         Menjadi umat yang setia dan mau di pimpin oleh Imam Besar Agung.
·         Mensyukuri karya Kristus sebagai pengantara manusia dengan Allah, melalui berdoa syafaat bagi pelayanan pekerjaan Tuhan.

PENDAHULUAN

            Seorang Imam berperan sebagai mediator antara Allah dengan umat-Nya. Imam sebagai perantara untuk membawa persolan yang di hadapi oleh orang lain atau umat Allah, di persembahkan kepada Allah dengan mengharapkan pertolongan-Nya.
            Seorang Imam Besar memiliki tugas masuk ke dalam ruang maha suci satu tahun sekali demi kepentingan umat, Imam besar merupakan wakil umat untuk melaksanakan apa yang ingin umat lakukan dan tidak dapat mereka lakukan, yaitu menghadap Allah. Sehingga dalam pemikiran Perjanjian Lama seorang Imam Besar adalah sebagai perantara (mediator yang mewakili umat untuk mempersembahkan ukupan yaitu korban perdamaian untuk mendamaikan dirinya terlebih dahulu baru umat Allah dan korban penghapus dosa seluruh umat, lihat Imamat 16:11-16).
            Dalam Perjanjian Baru pemikiran ini muncul khususnya dalam Surat Ibrani, dimana dalam kitab ini Yesus Kristus di tampilkan sebagai Imam Besar Agung yang telah berhasil membawa diri dan umat-Nya ke dalam Ruang Maha Kudus Allah. Apa peran sebagai Imam Besar Agung dalam kehidupan orang yang percaya pada-Nya?.

ISI RENUNGAN

1.      Peranan sebagai”Juru Damai” atau Pendamai bertugas mendamaikan umat dengan Allah melalui diri-Nya (Ibrani 5:1-3 ; 8:3).

Berbeda dengan Imam Besar Agung dalam Perjanjian Lama, yang harus berdamai dengan dirinya dahulu sebelum mendamaikan umat Allah, yaitu dengan mempersembahkan korban penghapus dosa. Yesus Kristus mempersembahkan diri-Nya sebagai korban pendamaian melalui kematian-Nya di kayu salib (2 Korintus 5:19), supaya dalam Dia di kuatkan dalam Allah (ayat 21).
           
2.      Peran sebagai “Juru Syafaat”, yaitu membawa pergumulan umat-Nya dengan turut “merasakan kelemahan-kelemahan kita” (Ibrani 4:15).

Seorang Juru Syafaat ”mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis keluhan” ( Ibrani 5:7). Ini merupakan tingkat doa syafaat yang sebenarnya, yaitu turut merasakan dan dengan ratap tangis. Doa syafaat-Nya menyelamatkan kita dari maut dan doa itu terkabulkan ( Yohanes 17:9-15).

3.      Peran sebagai Imam Besar Perjanjian Baru (Ibrani 8:1-3 ; 9:11)

Yesus Kristus di sebut Imam Besar Perjanjian Baru maksudnya karena apa yang di lakukan-Nya berbeda dengan Imam-Imam menurut Taurat. Hal itu terlihat pada pemakaian istilah-istilah berikut:
·         “Ia telah melintasi kemah yang lebih besar, lebih sempurna” (Ibrani 9:11).
·         “Ia melintasi semua langit” (Ibrani 7:14).
·         “Yesus lebih tinggi dari Imam Harun” (Ibrani 7:11).
·         Yesus “melintasi ibadah di kemah sejati” (Ibrani 8:2)

Hal ini dinyatakan oleh kitab Ibrani untuk menunjukkan superioritas Kristus sebagai Imam Besar Perjanjian yang Baru dengan menjadi perantara manusia dan Allah.

4.      Peran sebagai “pokok keselamatan yang abadi” bagi semua  orang (Ibrani 5:9-10)

Yesus sebagai pokok keselamatan memiliki arti bahwa semua orang hanya bisa di selamatkan melalui diriNya. Keselamatan itu akan diterima oleh setiap orang apabila:
·         Kita berpegang teguh pada pengakuan Iman.
·         Berani menghampiri tahta karunia.
·         Berpegang pada pengharapan kita untuk masuk bersama-Nya dalam kerajaan Surga (Ibrani 6:9-10).

Julukan sebagai sebagai “Pokok Keselamatan” diraih karena Ia telah mencapai kesempurnaan sebagai seorang Imam Besar yang ditetapkan menurut peraturan Melkisedek.

KESIMPULAN
           
            Menyadari betapa besar peran Yesus Kristus sebagai Imam Besar Agung dalam hidup kita, maka marilah kita mau hidup di damaikan dengan Allah dan sesama, mau berdoa syafaat untuk orang lain dan pelayanan, mau menjadi Imam dalam keluarga kita untuk membawa keluarga dan orang lain menerima keselamatan yang sempurna di dalam Tuhan Yesus Kristus.

YESUS KRISTUS ALFA DAN OMEGA


Bahan : Wahyu 22:13
Tujuan            : Agar setelah merenungkan Firman Allah ini:
·         Memahami makna Yesus Kristus sebagai Alfa (yang awal) dan Omega (yang akhir).
·         Melibatkan Yesus Kristus dalam segala aspek kehidupan.
·         Mengakui kedaulatan dan kemahakuasaan Yesus Kristus sebagai Alfa dan Omega.

PENDAHULUAN

Alfa merupakan huruf awal dan dan Omega alphabet akhir dalam bahasa Yunani. Pemahaman Yesus Kristus adalah alfa dan Omega terkait dengan pemakaian gelar Allah dalam Perjanjian Lama, misalnya “Aku, Tuhan yang terdahulu dan yang terkemudian aku tetap Dia juga” (Yesaya 41:4; 44:6; 48:12). Gelar ini menunjukkan pada keberadaan Allah, yang awal atau terdahulu karena Ia tidak ada asal usulnya, Ia di tengah-tengah karena tidak ada bandinganya, dan Ia yang akhir karena kekal.
Sama juga dalam Perjanjian Baru yang di latarbelakangi oleh pemikiran Yunani, Yesus Kristus sebagai Alfa karena Ia adalah asal dari segalanya dan sebagai Omega karena Ia adalah tujuan segalanya dan Ia adalah pusat karena Ia hadir di dalam segalanya. Pernahkah anda berpikir apa yang terjadi sebelum ada Allah?

ISI RENUNGAN

            Berikut ini adalah makna gelar Yesus Kristus sebagai Alfa dan Omega:

1.      Yesus Kristus adalah sejajar dengan Allah

Yesus Kristus tidaklah lebih rendah dari Allah Bapa, atau lebih tinggi dari Allah Bapa. Tuhan Yesus Kristus juga harus mendapat pujian, sembah dan hormat sama seperti Allah Bapa. Yesus adalah Tuhan seperti yang di beritakan oleh Malaikat kepada para gembala di Efrata (Lukas 2:11). Thomas menyapa Yesus yang bangkit dengan seruan: “Ya Tuhan dan Allahku” (Yohanes 20:28 ; Roma 10:9 yang merupakan syahadat orang Kristen).

2.      Alfa dan Omega menunjukkan kepenuhan, kelengkapan dan kesempurnaan pada Kristus Yesus.

Di dalam Yesus tidak ada kekurangan, Ia lengkap utuh sempurna, Ia memiliki kuasa, kesucian, kasih, kebaikan, dsb. Tetapi manusia (kita) hanya bagian-bagian tidak lengkap, tidak sempurna. Sebab itu setiap orang percaya dituntut untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (Efesus 4:13). Sempurna seperti Khaliknya (Matius 4:48). Untuk melakukan itu semua Allah Roh Kudus menolong kita untuk mencapainya.

3.      Alfa-Omega juga merupakan symbol kesinambungan (terus menerus)

Kesinambungan berarti karya Tuhan Yesus Kristus terus-menerus kuasa-Nya, pertolongan-Nya, persekutuan-Nya, dan penyertaan-Nya tetap dan senantiasa (Ibrani 13:8; Matius 28:20c). Demikian pula kasih dan kesetiaan-Nya (2 Timotius 2:13). Sebab itu karena kasih dan kesetiaan Tuhan Yesus tetap pada kita, Ia pun sabar menanti setiap orang yang berdosa, untuk kembali kepada Yesus.

4.      Tuhan Yesus sebagai yang Awal dan Yang Akhir

Dalam bagian ini ada kaitannya dengan “waktu” manusia hidup dikuasai oleh waktu, dan hidup di dalam waktu, tidak dapat melarikan diri dari waktu. Namun tidak demikian dengan Tuhan Yesus Kristus, Dia tidak di kuasai waktu, walaupun Yesus pernah ada dalam dunia ini. Sebagai Allah yang berinkarnasi Ia menjadi manusia, Ia di lahirkan, tapi bukan dari benih dosa atau dari keinginan laki-laki, Ia hidup dalam dunia, bahkan mati seperti yang manusia alami, namun semuanya itu Ia lakukan untuk tugas mulia. “Menyelamatkan manusia dari kutuk dosa, yaitu kebinasaan kekal”.
Namun pada hari yang ketiga setelah kematian-Nya, Ia bangkit dari antara orang mati, dan selama 40 hari Dia tinggal dalam dunia ini dan setelah itu Ia naik, kembali ke tahta, kemuliaan-Nya, sebagai Allah dan Tuhan segala makluk.

KESIMPULAN

Sebagai orang yang percaya pada Yesus Kristus seyogyanya kita mau mengalami kesempurnaan di dalam Kristus yaitu dari manusia yang berdosa kita telah di tebus, di pulihkan dan di sempurnakan seperti Dia. Menerima berkat perlindungan dan penyertaan-Nya, supaya kita hidup untuk kemulian-Nya yang kekal. Yesus Kristus Alfa dan Omega artinya Ia kekal, Ia ada selamanya ada, Ia menjadi pusat dan sumber hidup setiap orang yang percaya.

MENJAGA METERAI ALLAH


Bahan : Efesus 1:13-14
Tujuan            : Agar setelah merenungkan Firman Tuhan ini:
·         Memahami bahwa Roh Kudus sebagai tanda kepemilikan Allah atas kehidupan orang percaya.
·         Menjaga dan mempertahankan Roh Kudus tetap tinggal dalam hati setiap jemaat.

PENDAHULUAN

Meterai biasa di gunakan sebagai semacam tanda tangan, untuk membenarkan hak milik atau keaslian suatu dokumen yang juga merupakan jaminan kepastian segala sesuatu. Sejak dahulu hingga sekarang penggunaan meterai masih tetap berlaku, biasanya tertera pada suatu barang dalam kantong, peti atau bungkusan untuk menyatakan alamat si pengirim dan alamat yang di tuju.
Meterai sering memuat tanda gambar seorang pribadi dan nama pemiliknya, atau nama sah dan jabatan (abdi, penguasa). Meterai biasa juga tertera lukisan lambang yang di bubuhi nama, misalnya: burung, sapi, banteng atau binatang lainya, makluk-makluk yang di sembah, lukisan peristiwa-peristiwa atau lukisan saja.

ISI RENUNGAN

Setiap orang kepunyaan Allah juga diberi tanda meterai, bahwa ia adalah sah milik Allah yaitu di meteraikan dengan Roh Kudus. Ketika Yesus datang kedua kalinya, Ia akan mencari umat milik-Nya, dan setiap orang yang memiliki meterai Roh Kudus, ia akan diangkat dan masuk ke dalam kemuliaan Tuhan Yesus Kristus.
            Bagaimana mempertahankan meterai Roh Kudus agar tetap tinggal dalam hati kita?

1.      Jangan mendukakan Roh Kudus (Efesus 4:30)

Roh Kudus adalah “pribadi”. Roh Kudus memiliki perasaan, pikiran dan kemauan seperti kita. Roh Kudus bisa kita dukacitakan dengan cara kita menyimpan: kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, dan segala kejahatan (Efesus 4:31) demikian pula dengan kata-kata kotor (Efesus 4:29) dan tidak memberi pengampunan. Roh Kudus akan senang apabila Ia akan tinggal di dalam hati yang kudus. Apabila kita mempunyai dosa, cepatlah selesaikan dengan Allah.

2.      Jangan padamkan Roh Kudus ( 1 Tesalonika 1:19)

Sebuah lampu minyak akan padam apabila kita tiup apinya dengan keras, atau kita siram dengan air dingin, atau kita biarkan minyaknya habis. Roh Kudus merupakan sumber inspirasi bagi Gereja Tuhan (umat Allah). Roh Kudus juga sumber semangat atau kebangunan rohani bagi anak-anak Allah. Roh Kudus pula yang memberikan karunia-karunia bagi-Nya bagi pembangunan tubuh Kristus (Gereja Tuhan). Bagaimana Roh Kudus bisa padam?
Roh Kudus bisa padam apabila orang-orang yang sudah percaya tidak lagi menanggapi Firman Tuhan, tidak memelihara persekutuan dengan Allah di dalam doa, hidup rohani yang suam-suam kuku, apa yang kita lakukan tidak lagi berdasarkan kasih terhadap Allah dan sesama, melainkan hanya rutinitas. Dan satu hal lagi Roh Kudus bisa padam apabila umat Tuhan telah meninggalkan kasih yang mula-mula, kasih yang murni dan tanpa marih.

3.      Biarlah Roh Kudus memimpin kita (Kisah Para Rasul 16:6-7)

Membiarkan Roh Kudus memimpin kita, orang percaya berarti menjadikan Roh Kudus “penguasa” atas hidup kita. Tahta hati kita diberikan kepada Roh Kudus dan segala “ke aku an” kita letakkan di bawah kaki-Nya. Sebab itu setiap orang percaya harus belajar peka terhadap Suara Roh Kudus memimpin kita, ia akan membawa kita ke jalan yang benar, penuh dengan kemenangan dan sukacita. Tetapi Roh Kudus tidak menjadikan orang percaya, yang pasif (tidak berbuat apa-apa). Kita tetap bekerja, melayani, melakukan kegiatan sehari-hari. Sekarang kita memiliki Pembimbing yang handal yakni Roh Kudus.

KESIMPULAN

Memperoleh sesuatu lebih gampang dari pada memeliharanya. Cap Meterai Roh Kudus dapat kita peroleh ketika kita bertobat dan memberikan diri kita untuk di kuduskan dan di benarkan. Tetaplah kita berusaha untuk memelihara keberadaan Roh Kudus di dalam hidup kita. Karena semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus adalah”Bait/Rumah Roh Kudus” (1 Korintus 6:19) yang harus di jaga agar tetap kudus dan berkenan kepadaNya.

KESUKAAN DALAM RUMAH DOA




Bahan : Kisah Para Rasul 2:41-47
Tujuan: Agar setelah merenungkan Firman Tuhan ini:
·         Memahami kehidupan sebagai orang percaya.
·         Mengalami keindahan hidup persekutuan orang percaya.
·         Dapat membangun hidup beribadah secara benar.

PENDAHULUAN

Rumah sembahyang (sinagoge) muncul dan menjadi penting khususnya saat Israel pada masa pembuangan. Bait suci di Yerusalem telah hancur, sehingga upacara di mezbah dan korban-korban tak dapat di laksanakan orang Israel di tempat pembuangan (Babel). Orang Israel tetap mencari Tuhan dengan cara bersekutu, merenungkan Firman Tuhan dan menaikkan doa-doa. Mereka melakukan itu di rumah sembahyang yang di sebut sinagoge.
Dalam Perjanjian Baru, Gereja mula-mula di lahirkan  dalam suasana doa dan mereka hidup di dalam persekutuan doa. Mereka menghadapi aniaya, tekanan, kesulitan dan penderitaan, tetapi terus bertumbuh bahkan berkembang ke segala bangsa. Dalam kesulitan, mereka tetap bersekutu dan berdoa terus menerus. Bait suci di Yerusalem tidak lagi menjadi fokus, tetapi persekutuan dengan saudara seiman di dalam nama Tuhan Yesus Kristus menjadikan mereka satu. Ada gairah dan kesukaan berada di dalam rumah doa.

ISI RENUNGAN

Bagaimana seharusnya kita memahami dan menghayati hidup sebagai orang percaya dalam gereja atau kelompok persekutuan-persekutuan?

1.      Menjadi tempat persekutuan orang percaya (Kisah Para Rasul 2:42-44)

Gereja bukan gedungnya atau rumahnya yang penting. Berkumpulnya orang-orang percaya itu sendiri menjadi hal yang terpenting. Dengan demikian, ketika orang percaya berkumpul semua di satukan oleh anugerah Tuhan. Dalam persekutuan orang percaya tidak boleh ada yang merasa dirinya bos atau bawahan, lebih penting atau tidak penting. Semua dapat duduk bersama sebagai orang berdosa yang telah mengalami kasih pengampunan dan kemurahan Allah.
Kita semua disebut sebagai saudara seiman. Saudara berarti ada ikatan kekeluargaan. Bukan secara garis keturunan, tetapi karena darah Yesus yang telah menebus. Di dalam persekutuan ini ada ikatan saling memperdulikan, mendukung, memberi, menasehati, saling memerima dan mengampuni.

2.      Belajar Firman Tuhan, memuji dan menyembah Tuhan ( Kisah Para Rasul 2:47)

Firman Tuhan mendapat tempat untuk di bicarakan bersama-sama. Firman Tuhan berkuasa untuk membersihkan, membentuk dan menjadi pedoman untuk mengatasi masalah kehidupan. Demikian juga dalam persekutuan, pujian dan penyembahan di lakukan bersama-sama.
Tidak ada tempat untuk membicarakan kejelekkan orang lain (ngrasani), mengembangan isu-isu negatif dan meresahkan. Fokus setiap orang yang bersekutu adalah mengagumi dan mengangungkan nama Tuhan saja.

3.      Menaikkan doa syafaat dan permohonan doa ( Kisah Para Rasul 2:42)

Yesus pernah marah saat menyaksikan orang ribut dan lalu lalang di Bait Suci. Mereka bukan haus dan rindu bersekutu tetapi menggunakan kesempatan untuk berjual beli ( Lukas 19:46). Yesus menegaskan kembali bahwa rumah Tuhan adalah rumah doa. Gereja atau persekutuan doa bukan tempat berbisnis, bukan ajang pamer kemewahan, bukan juga ajang pamer kefasihan dalam berkotbah.
Di sini secara pribadi dan bersama-sama, setiap orang Kristen dapat menggunakan untuk berjumpa Tuhan, menyampaikan segala beban hati kepada Tuhan lewat doa. Berdoa syafaat bagi kebutuhan orang banyak, memohon doa secara pribadi, saling mendukung doa.

KESIMPULAN

Tuhan akan menyatakan kemuliaan-Nya tatkala orang percaya mempraktekkan sikap yang benar dalam memahami gereja dan hidup dalam persekutuan. Mari kita fokus untuk bersekutu sebagai saudara seiman, belajar Firman Tuhan dan memuji menyembah-Nya serta berdoa syafaat dan memohon doa kepada Tuhan.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...