Bahan : Kisah Para Rasul 2:41-47
Tujuan: Agar setelah merenungkan Firman Tuhan ini:
·
Memahami
kehidupan sebagai orang percaya.
·
Mengalami
keindahan hidup persekutuan orang percaya.
·
Dapat
membangun hidup beribadah secara benar.
PENDAHULUAN
Rumah sembahyang (sinagoge) muncul
dan menjadi penting khususnya saat Israel pada masa pembuangan. Bait suci di
Yerusalem telah hancur, sehingga upacara di mezbah dan korban-korban tak dapat
di laksanakan orang Israel di tempat pembuangan (Babel). Orang Israel tetap
mencari Tuhan dengan cara bersekutu, merenungkan Firman Tuhan dan menaikkan
doa-doa. Mereka melakukan itu di rumah sembahyang yang di sebut sinagoge.
Dalam Perjanjian Baru, Gereja
mula-mula di lahirkan dalam suasana doa
dan mereka hidup di dalam persekutuan doa. Mereka menghadapi aniaya, tekanan,
kesulitan dan penderitaan, tetapi terus bertumbuh bahkan berkembang ke segala
bangsa. Dalam kesulitan, mereka tetap bersekutu dan berdoa terus menerus. Bait
suci di Yerusalem tidak lagi menjadi fokus, tetapi persekutuan dengan saudara
seiman di dalam nama Tuhan Yesus Kristus menjadikan mereka satu. Ada gairah dan
kesukaan berada di dalam rumah doa.
ISI RENUNGAN
Bagaimana seharusnya kita memahami
dan menghayati hidup sebagai orang percaya dalam gereja atau kelompok
persekutuan-persekutuan?
1.
Menjadi tempat persekutuan orang
percaya (Kisah Para Rasul 2:42-44)
Gereja bukan gedungnya atau rumahnya
yang penting. Berkumpulnya orang-orang percaya itu sendiri menjadi hal yang
terpenting. Dengan demikian, ketika orang percaya berkumpul semua di satukan
oleh anugerah Tuhan. Dalam persekutuan orang percaya tidak boleh ada yang
merasa dirinya bos atau bawahan, lebih penting atau tidak penting. Semua dapat
duduk bersama sebagai orang berdosa yang telah mengalami kasih pengampunan dan
kemurahan Allah.
Kita semua disebut sebagai saudara
seiman. Saudara berarti ada ikatan kekeluargaan. Bukan secara garis keturunan,
tetapi karena darah Yesus yang telah menebus. Di dalam persekutuan ini ada
ikatan saling memperdulikan, mendukung, memberi, menasehati, saling memerima
dan mengampuni.
2.
Belajar Firman Tuhan, memuji dan
menyembah Tuhan ( Kisah Para Rasul 2:47)
Firman Tuhan mendapat tempat untuk di
bicarakan bersama-sama. Firman Tuhan berkuasa untuk membersihkan, membentuk dan
menjadi pedoman untuk mengatasi masalah kehidupan. Demikian juga dalam
persekutuan, pujian dan penyembahan di lakukan bersama-sama.
Tidak ada tempat untuk membicarakan
kejelekkan orang lain (ngrasani), mengembangan isu-isu negatif dan meresahkan.
Fokus setiap orang yang bersekutu adalah mengagumi dan mengangungkan nama Tuhan
saja.
3.
Menaikkan doa syafaat dan permohonan
doa ( Kisah Para Rasul 2:42)
Yesus pernah marah saat menyaksikan
orang ribut dan lalu lalang di Bait Suci. Mereka bukan haus dan rindu bersekutu
tetapi menggunakan kesempatan untuk berjual beli ( Lukas 19:46). Yesus
menegaskan kembali bahwa rumah Tuhan adalah rumah doa. Gereja atau persekutuan
doa bukan tempat berbisnis, bukan ajang pamer kemewahan, bukan juga ajang pamer
kefasihan dalam berkotbah.
Di sini secara pribadi dan
bersama-sama, setiap orang Kristen dapat menggunakan untuk berjumpa Tuhan,
menyampaikan segala beban hati kepada Tuhan lewat doa. Berdoa syafaat bagi
kebutuhan orang banyak, memohon doa secara pribadi, saling mendukung doa.
KESIMPULAN
Tuhan akan menyatakan kemuliaan-Nya
tatkala orang percaya mempraktekkan sikap yang benar dalam memahami gereja dan
hidup dalam persekutuan. Mari kita fokus untuk bersekutu sebagai saudara
seiman, belajar Firman Tuhan dan memuji menyembah-Nya serta berdoa syafaat dan
memohon doa kepada Tuhan.
No comments:
Post a Comment